DARI SUDUT BALI, KUMPULAN PEMIKIRAN REFLEKTIF ORANG PINGGIRAN
Penulis : Abdul Karim Abraham
ISBN : (dalam proses)
Cover : Soft Cover
Halaman : 204 Halaman
Berat : 150 gr
Ukuran : 13 x 19 cm

Beli


SINOPSIS

Buku ini adalah sebuah kumpulan tulisan dari berbagai dinamika yang langsung bersentuhan dengan penulis. Awalnya tidak ada niatan untuk menerbitkannya menjadi buku, hanya saja penulis berpikir dengan berbagai peristiwa teknis, seperti laptop hilang, kemudian laptop rusak, file yang tidak ditemukan karena menggunakan laptop teman menyebabkan beberapa tulisan turut hilang. Hal inilah yang menguatkan tekad untuk mengabadikan menjadi buku dari beberapa tulisan yang sudah dimuat di berbagai media online. Buku ini mengulas tentang fenomena yang terjadi di Bali, daerah tempat tinggal penulis. Tulisan ini hanyalah sebuah refleksi yang dibangun dengan kesadaran sebagai anak muda Bali, setidaknya dengan dua alasan. Pertama, karena sentuhan pemikiran dan wacana dari tulisan-tulisan Bli Ngurah Suryawan, yang mengangkat berbagai peristiwa yang tak pernah terpikirkan oleh penulis tentang Bali sebelumnya. Dari sanalah kemudian penulis terpacu dan berkenalan dengan tulisan-tulisan Geoffrey Robinson, Henk Schulte Nordholt, AA GN Ari Dwipayana, Degung Santhikarma, dan tokoh-tokoh progresif lainnya. Untuk mendialogkan berbagai kontradiksi di Bali, akhirnya penulis bersama teman-teman yang saat itu menempuh studi di Malang, mendirikan perkumpulan mahasiswa yang diberi nama Asosiasi Mahasiswa Krama Bali (AKRAB) pada 28 Juni 2008. Alasan kedua, karena penulis hidup sebagai penganut agama minoritas di Bali. Sebenarnya ini tidak menjadi persoalan, karena sejak kecil baik nenek dan orangtua, atau tetangga nonmuslim di mana penulis tinggal hidup damai berdampingan meskipun berbeda agama. Namun belakangan, tepatnya setelah boomingnya media sosial, berbagai narasi superioritas mayoritas yang dikemukakan di media sosial oleh oknum-oknum, berpotensi untuk memantik letupan konflik berlatar SARA. Dari Sudut Bali, menjadi judul besar dari buku ini untuk memposisikan bahwa penulis bukan elite yang memiliki otoritatif merespon kejadian di Bali, melainkan hanya orang biasa, yang masih dianggap pendatang, meski sudah beberapa generasi lahir di Bali. Pemikiran Dari Sudut Bali juga bukanlah tulisan ilmiah dengan kaidah ketat, bukan tulisan dengan pembahasan khusus, melainkan hanya pemikiran biasa obrolan warung kopi yang membahas gagasan semaunya, yang mungkin tidak layak diangkat ke obrolan seminar-seminar dan diskusi resmi. Selain itu, Dari Sudut Bali, ini menggambarkan yang sebenarnya, di mana penulis tinggal dan berinteraksi dengan masyarakat yang jauh dari pusat kota. .